Argumen Fitrah tentang keberadaan Tuhan
Oleh: Nanda, S.Pd
Secara alami manusia memiliki rasa akan keberadaan Tuhan. Watak alami ini tidak dapat dihilangkan begitu saja, hanya bisa ditekan dan tersembunyi. Betapa tidak, saat manusia berada dalam kesusahan seperti saat pandemi CORONA ini manusia sedang berada dalam kesusahan, ketakutan dan kegelisahan. Pada saat itulah manusia perlu zat yang maha tinggi agar dapat menolong manusia dalam pandemi ini. Sebab hanya Allah yang maha berkehendak, hanya Allah yang maha berkuasa atas manusia.
Dari peristiwa CORONA maka timbullah pertanyaan yang fundamental yaitu bagaimana cara membuktikan Wujud Tuhan? Maka dalam hal ini ada 3 metode yang dipakai oleh para agamawan. Pertama, metode yang dipakai oleh teolog, metode ini selain berlandaskan pada argumen rasional, metode ini juga bertumpu pada teks agama dan fenomena keberagamaan. Kedua, metode yang dipakai oleh filosof, yakni menggunakan argumen akal, sehingga argumen rasional mewarnai metode ini. Ketiga, metode yang dipakai oleh para sufi, yakni jalan tasawuf/Irfan. Metode ini lebih bertumpu pada pembuktian keberadaan Tuhan melalui penglihatan mata batin (kasyf wa syuhud) yang didahului oleh penyucian jiwa. Metode yang pertama, selain memiliki cakupan argumen yang luas, metode ini sangat gampang dipahami oleh banyak kalangan, sehingga tidak mengherankan jika metode ini lebih membooming daripada dua metode lainnya.
Betapa banyak agamawan yang memiliki kecenderungan teologis dibanding dengan kecenderungan filosofis dan mistis. Meskipun metode mereka berbeda, namun tujuan mereka satu, yaitu mengungkap teka-teki tentang Tuhan. Hal ini karena mereka meyakini Tuhan sebagai Dzat Yang bersifat absolut. Sementara itu, meskipun manusia adalah makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah dibandingkan dengan makhluk lainnya, tetapi manusia tetap saja memiliki keterbatasan.
Sehingga mustahil jika manusia yang serba terbatas mampu mengenal semua sisi wujud yang tidak terbatas (absolut). Para agamawan tersebut meyakini bahwa semua eksistensi yang ada di alam semesta ini berasal dari Tuhan. Dengan demikian, semua person dalam eksistensi alam semesta ini bisa menjadi sarana pengenalan atas penciptanya. Tentu hal itusesuai dengan kapasitas kesempurnaan yang dimiliki masing-masing person tersebut, sebab masing-masing sudah merupakan pengejawantahan kesempurnaan penciptanya.
Lalu bagaimana cara mudah mengenal Tuhan? Dari sekian banyak argumen, argumen Fitrah merupakan salah satu cara paling mudah mengenal Tuhan. Betapa tidak, argumen ini bertumpu pada esensi dasar manusia. Setiap manusia memiliki esensi dasar manusia. Sehingga gampang saja manusia memahami argumen fitrah ini. Dari segi fungsi fitrah, fitrah memiliki 3 ciri khas utama yaitu, cinta pada kesempurnaan, cinta pada kebenaran, dan cinta pada keindahan. Walaupun ketiga hal tersebut berbeda dari sisi konsep dan definisi, namun secara umum kekhasan kedua dan ketiga kembali kepada kekhasan yang pertama, yaitu cinta kepada kesempurnaan.
Sebab, meskipun secara praktis masing-masing keindahan dan kebenaran memiliki contoh luar (perwujudan / mishdaq) yang berbeda, namun secara global semua perwujudan dari dua hal tersebut dapat dikategorikan sebagai bentuk dari kesempurnaan. Ditinjau dari sisi dasar eksistensinya, fitrah juga memiliki empat kekhasan: Pertama, ia tidak mengalami perubahan dengan berubahnya waktu dan tempat; kedua: ia bisa diperoleh tanpa memerlukan proses belajar-mengajar; ketiga, ia dimiliki oleh setiap manusia, walaupun pengaruhnya terhadap diri setiap individu berbeda-beda; keempat, ia senantiasa hadir dalam diri setiap insan, dan tidak akan pernah sirna dari diri mereka, karena ia merupakan bagian primer dari penciptaan manusia, dan merupakan esensi dasar bagi penciptaannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa fitrah manusia selalu mencintai kesempurnaan, maka manusia akan terus mencari kesempurnaan yang absolute. Ketika seseorang telah menemukan pemilik kesempurnaan absolut (Tuhan) dan berhasil meraih- Nya, niscaya ia tidak akan menganggap lagi berbagai bentuk kesempurnaan apapun selain-Nya. Dan setiap manusia yang enggan mencari kesempurnaan absolute maka ia akan terasa gundah.
Betapa tidak, di satu sisi, fitrah dirinya secara terus menerus menuntutnya untuk mencari kesempurnaan. Sedangkan di sisi lain, ia hanya memiliki pengetahuan terbatas tentang kesempurnaan. Dalil fitrah ini adalah perasaan kebertuhanan secara langsung yang sudah tertanam dalam diri manusia.
Post a Comment
Post a Comment