Tradisi Aceh: Wot Ie Bu
Aceh begitu banyak tradisi yang sarat makna, salahsatunya tradisi Wot Ie Bu saat bulan Suci Ramadhan. Wot Ie Bu adalah suatu tradisi memasak bubur beras. Biasanya yang bertanggung jawab dalam tradisi Wot Ie Bu adalah Imam Meunasah atau Imam Mesjid. Tradisi ini dilakukan oleh segenap masyarakat Aceh, namun antara masyarakat Aceh Besar dan Pidie ada perbedaan penyebutan. Kami orang Aceh besar menyebutnya Ie Bu Peudah (Bubur Nasi Pedas), sedangkan masyarakat Pidie menyebutnya Wot Ie Bu. Meski berbeda penyebutan namun pada dasarnya sama. Sumber dana tradisi Wot Ie Bu atau Ie Bu Peudah berasal dari sepetak tanah sawah. Dan ada juga yang berasal dari kumpulan beras yang disedekahkan oleh warga desa. Memasak bubur ini dilakukan dari siang hari sampai sore hari sebelum Adzan Ashar. Setelah shalat ashar, masyarakat berdatangan mengambil bubur untuk dibawa pulang untuk dimakan bersama keluarga saat berbuka puasa, sisanya akan dijadikan menu buka puasa di Meunasah, mesjid atau surau setempat. Menariknya dalam proses pembuatan ie bu, juru masak tidak bekerja sendirian, dalam memasak ie bu memerlukan 4 pemuda yang dipilih oleh geuchik (kepala desa). Dalam proses Wot ie bu bukan hanya orang dewasa saja yang terlibat, namun anak-anak juga dilibatkan dalam proses ini. Anak-anak dilibatkan untuk mencari kayu bakar, mamarut kelapa dan mengaduk bubur. Sebelum proses ini dimulai, maka sebelumnya ibu-ibu telah menyiapkan 44 rempah-rempah yang ditumbuk dengan beras dan direndam dengan air kelapa. Adapun rempah-rempah yang digunakan adalah on rancong buloh, on tungkat Ali, on sirapat, on sikuat, on me tanoh, capli buta (cabai hutan), kunyit, serai, on teumeurui, on trong, dan lain-Iain sebagainya. Tradisi yang sarat makna ini telah lama berlangsung di Aceh. Ada tiga fungsi dari tradisi Wot Ie Bu, pertama, sebagai pengerat tali silaturahmi sesama warga. kedua, sebagai cara mempertahankan tradisi nenek moyang. Ketiga, sebagai menu buka puasa. Sehingga dari Ie Bu Peudah yang kaya rempah ini, kehangatan bulan Puasa Ramadhan sangat terasa dalam kehidupan masyarakat Aceh.
Post a Comment
Post a Comment